• Van de Geografi

    Yang sudah (terlanjur) nyata masih dilingkungi samudera kemungkinan (baru). Dan Muncullah berulangkali dari samudera itu gugusan-gugusan pulau baru (Ernest Bloch, der Geinst der Utopie, Daz Princip Hoffnung).

  • Sang Pembelajar

    Akan tiba pada suatu masa, anak keturunan kita akan terheran-heran mengetahui kita tidak mampu melihat apa yang bagi mereka nampak begitu jelas (Dalam Kosmos, Carl Sagan).

  • Manusia Adalah Insan Peradaban

    Raga akan menua, itu adalah keniscayaan. Namun fikiran harus tetap terjaga dan berkarya, untuk menumbuhkan jiwa-jiwa muda dalam setiap rambut putih usia kita..

  • Mindset

    Pekerjaan yang paling sulit di dunia ini adalah berfikir.

  • Balancing

    Hamemayu Hayuning Bawono, Rahayuning Bawono Kapurbo Waskitaning Manungso.

Hakekat Geografi - Peta sebagai Identitas

Dimas Prasetyo Nugroho
SMA Negeri 1 Mlati, Kab. Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta

Bertumpu pada falsafah geografi oleh I Made Sandi, pada medio April-(1988 kalau tidak salah), ketika sarasehan geografi di Unnes Semarang (dahulu IKIP Semarang), menyatakan bahwa geografi merupakan ilmu yang mempelajari simmilirities (persamaan) sekaligus differentiates (perbedaan) ruang muka bumi dalam konteks keruangan. Geografi harus mampu memberikan bekal kepada siapapun yang mempelajarinya, alih-alih sebagai beban. Ruang lingkup geografi yang begitu luas, membentang pada seluruh fenomena geosfer (atmosfer, hidrosfer, litosfer, biosfer, antrophosfer) akan sangat berpotensi secara substansi materi, overlap dengan disiplin ilmu lain.
Bahwa geografi mempelajari tanah, begitupun ilmu tanah mempelajarinya - geografi mempelajari penduduk, ilmu penduduk juga mempelajarinya - geografi mempelajari pasar, ilmu ekonomi juga mempelajarinya - geografi mempelajari air, ilmu hidrologi juga mempelajarinya - geografi mempelajari desa kota, ilmu tata ruang wilayah juga mempelajarinya, geografi mempelajari hewan tumbuhan, ilmu zoologi dan botani juga mempelajarinya, dan sebagainya dan seterusnya - dan "lebih ahli mereka semua dalam disiplin ilmu murninya".

Lalu, dimana posisi Geografi ?

Geografi berdiri diantara semua disiplin ilmu bantunya dalam perspektif "keruangan". Bahwa peta menjadi senjata kerja bagi seorang geograf, dan pembeda dengan disiplin ilmu-ilmu lain dalam sudut pandang spasial. Dan dalam ranah apapun geografi diamalkan, termasuk dalam bidang pendidikan, harus berangkat dari konsp dan esensi geografi yang baku.
Peta 1. Peta Curah Hujan Indonesia 2019 (Thematic Map)
Pemahaman spasial geografi bermula dari peta, dan ini yang membedakan geografi dengan disiplin ilmu lain. Contoh di atas merupakan peta tematik (peta kerja geografi) yang menggambarkan curah hujan Indonesia pada tahun 2019. Dari peta tematik itu, kita mampu menarik sebuah pemikiran dan pemahaman tentang tipe iklim suatu wilayah berdasarkan agihan curah hujannya, mengapa di Sumatra dan Kalimantan terhampar luas Hutan Hujan Tropis, sedangkan di Nusa Tenggara dan Papua membentang luas kenampakan sabana. Apa pengaruh curah hujan terhadap vegetasi dan morfologi wilayah kajian terkait yang sedikit banyak dapat kita sadap dari menginterpretasi dan menarik makna tersirat dari peta (thematic map) yang tersurat tersebut.

Partoso Hadi, menyatakan bahwa "pekerjaan geografi dimulai dari menarik garis". Sejalan dengan I Made Sandi pada falsafah geografinya. Bahwa dari garis itu menjadi region-region tematik tertentu yang memiliki kesamaan karakteristik ruang muka bumi, potensi ruang muka bumi, rona ruang muka bumi, sekaligus juga perbedaannya.

Daftar Rujukan :
Hadi, Partoso (Staf Dosen Geografi UNS). Artikel. Menyemai Kemampuan Berpikir Spasial.



Share:

Suhu Panas Indonesia, Antara Gelombang Panas? Vulkanisme? Ataukah Atmosferik Normal?

Dimas Prasetyo Nugroho
SMA Negeri 1 Mlati, Kab. Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta

Beberapa waktu terakhir dimulai sebelum tulisan ini dibuat, beberapa diantara kita disibukkan dengan kondisi cuaca yang terasa sangat panas baik pada siang maupun malam hari. Asumsi mulai bermunculan, mulai dari masyarakat umum, praktisi maupun akademisi. Hipotesis awal bahwa fenomena ini disebabkan karena adanya gelombang panas yang melanda Indonesia. Hipotesis kedua bertolak dari aktivitas vulkanik yang meningkat dan berpengaruh terhadap atmosfer kita. Paling kurang dua hipotesis ilmiah itulah yang mendasari dan sering digemakan dan menjadi sebuah keniscayaan (pada sebagian masyarakat kita-Indonesia).

Pertanyaan selanjutnya, apakah kedua hipotesis itu dapat dibuktikan?

Bukan tugas tulisan ini untuk menyatakan benar atau salah. Alih-alih demikian, tulisan ini mencoba memberikan pandangan yang sama sekali berbeda terhadap fenomena cuaca panas di musim pancaroba di Indonesia.
Sumber Gambar : T. Djamaluddin (Kepala LAPAN Republik Indonesia)
Pada gambar grafik di atas, yang diolah oleh T. Djamaluddin dari worldclimate.com, menggambarkan bahwa secara klimatologis, suhu di Indonesia adalah normal. Bahwa cuaca terasa panas pada musim pancaroba (peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau-sekitar bulan April atau Mei, dan musim kemarau ke musim penghujan-sekitar bulan Oktober) adalah fenomena atmosferik yang biasa. Bukan merupakan cuaca ekstrem, ataupun bencana klimatologi yang luar biasa. Fenomena panas di Indonesia adalah fenomena tahunan yang normal seperti yang ditunjukkan data klimatologi di atas.

Lalu, apa yang menyebabkan fenomena panas di beberapa kota Indonesia?

Menurut T. Djamaluddin, Kepala LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) Republik Indonesia, terdapat 3 faktor yang menjadikan beberapa kota Indonesia terasa panas, diantaranya :
1. Posisi matahari berada di atas Indonesia (deklinasi matahari = lintang tempat). Pancaran sinar matahari tegak lurus pada tengah hari, sehingga energi atau insolasi (incoming solar radiation) yang diterima maksimal.
2. Liputan awan masih minim. Saat pancaroba, liputan awan tidak terlalu banyak, sehingga pemanasan permukaan bumi bisa maksimum karena tidak adanya cukup awan yang menyerap, memantulkan, atau menghamburkan energi matahari yang datang.
3. Berhentinya efek pendinginan dari angin yang berasal dari daerah musim dingin. Musim kemarau terjadi efek pendinginan angin dari Australia, dan ketikan musim hujan efek pendinginan berasal dari embusan angin asia. Hal ini dipengaruhi letak matahari pada bulan Desember berada di belahan bumi selatan, dan pada bulan Juni, matahari berada di belahan bumi utara.

Satu faktor lain yang berkontribusi adalah adanya urban hit island (Pulau Panas Perkotaan), dimana semakin tumbuhnya lahan yang sebelumnya belum terbangun menjadi lahan terbangun, penghilangan pepohonan perkotaan, peningkatan industri, peningkatan kendaran berbahan bakar fosil, termasuk aktivitas rumah tangga yang menghaislkan emisi CO2. Akumulasi emisi CO2 di atmosfer akan menghalangi pelepasan energi panas ke angkasa dan meningkatkan suhu permukaan.

Daftar rujukan :









Share:

Selembar Asa Dari Timur Indonesia


Selembar Asa Dari Timur Indonesia
Harapan dan Perjuangan yang Terus Tersemai

Di Penghujung tahun yang indah, dan di ambang pintu awal tahun yang baru - dengan penuh pengharapan dan tantangan, kami memulainya dengan menelisik lembab - basahnya udara pagi di Distrik Terek Subur, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua. Sebuah nama, sebuah cerita, mungkin itulah yang pertama kali tersemat di benak kami, bagaimana begitu banyak kisah dan makna kehidupan yang kami dapatkan di sini, di salah satu surga Bumi Pertiwi ini.


Di tempat, yang mungkin tidak banyak orang mengenalnya, layaknya tak seorangpun tahu keluasan alam semesta kita, kapan bermulanya, dan kapan akan menemui titik akhir masanya. Terek Subur ialah sebuah distrik yang berada di ujung timur Indonesia, yang secara geografis berbatasan darat dengan negara tetangga, Papua Nuginea. Di garis batas antar kedua negara itulah distrik ini berada. Jangan terbayangkan bahwa distrik ini adalah sebuah distrik yang sama dengan distrik-distrik di Jawa, yang biasa kita sebut dengan kecamatan, dan  membawahi beberapa desa serta dusun. Jauh dari itu semua, bahkan, seringkali kita terhanyut akan keadaan dan kondisi ketertinggalannya, di tengah hiruk pikuk pembangunan yang begitu gencar dan masif, di negeri tercinta kita ini.

Full Document, Silahkan Buka File Di Bawah Ini


Share:

Kusuma Jaya Beraksara


Segala yang tidak pernah berubah, adalah perubahan itu sendiri. Kemampuan kita dalam mengerti dan menyelami makna, bergantung pada setiap apa yang kita upayakan. Layaknya “Kusuma Jaya”, yang terus bereksplorasi bahkan berevolusi, dalam tatanannya sebagai ujung tombak Pendidikan Indonesia. Dengan Ujung jari-jemarinya menciptakan pelita, dengan tutur kata maknanya memanusiakan manusia. Literasi menjadi kewajiban, bahkan kebutuhan setiap manusia dalam lingkup Kusuma Jaya. Layaknya tubuh membutuhkan air untuk menghilangkan dahaganya, insan Kusuma Jaya membutuhkan “aksara” untuk menuntaskan segala keingintahuannya.

Link video di bawah ini


Share:

Murid Oemar Bakrie

Diberdayakan oleh Blogger.

About me


Dimas Prasetyo Nugroho

Seseorang yang tidak tahu apa-apa, hanya ingin terus belajar dan sedikit berkarya, semampunya.



Cari Blog Ini

Label

Labels

Pages

About

Blogroll

Popular Posts

Label

Recent Posts

Geography Education

  • Physical Geography.
  • Human Geography.
  • Geography Techniques.

Pages

Belajar Geografi

Substansi materi Geografi sangat luas, dengan mempelajarinya, memahami konteks keruangannya, semoga sedikit banyak memberikan kita bekal tentang persamaan sekaligus perbedaan ruang muka bumi sekitar kita, dan mendapatkan manfaat serta menjaganya dengan bijaksana.