• Van de Geografi

    Yang sudah (terlanjur) nyata masih dilingkungi samudera kemungkinan (baru). Dan Muncullah berulangkali dari samudera itu gugusan-gugusan pulau baru (Ernest Bloch, der Geinst der Utopie, Daz Princip Hoffnung).

  • Sang Pembelajar

    Akan tiba pada suatu masa, anak keturunan kita akan terheran-heran mengetahui kita tidak mampu melihat apa yang bagi mereka nampak begitu jelas (Dalam Kosmos, Carl Sagan).

  • Manusia Adalah Insan Peradaban

    Raga akan menua, itu adalah keniscayaan. Namun fikiran harus tetap terjaga dan berkarya, untuk menumbuhkan jiwa-jiwa muda dalam setiap rambut putih usia kita..

  • Mindset

    Pekerjaan yang paling sulit di dunia ini adalah berfikir.

  • Balancing

    Hamemayu Hayuning Bawono, Rahayuning Bawono Kapurbo Waskitaning Manungso.

Longsor Lahan - Faktor Dominan, Pemicu Utama, Variabel Berpengaruh

Dimas Prasetyo Nugroho
SMA Negeri 1 Mlati, Kab. Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta

Longsor lahan sendiri sebenarnya bukan merupakan sebuah bencana, namun, ketika peristiwa longsor ini bersinggungan dengan manusia, maka termasuklah dalam kategori bencana. Gerakan tanah atau longsor lahan sangat sering terjadi di berbagai daerah Indonesia, terutama pada musim penghujan. Ketika intensitas hujan semakin tinggi, maka potensi jenuh air lahan akan meningkat dan semakin besar. Keadaan inilah yang memicu gerakan tanah terutama pada lahan dengan tingkat kemiringan tinggi. Banyak faktor menjadi penyebab terjadinya gerakan tanah, kombinasi dari kondisi geologis, morfologi lereng, keadaan lahan dan aktivitas manusia merupakan faktor dominan dalam kejadian gerakan tanah/longsor lahan.
Gambar 1. Longsor Lahan
Sumber Gambar: https://petrominer.com
Pemicu utama tanah longsor di Indonesia adalah air hujan (Sulistio , et al). Dapat kita amati bahwa longsor lahan biasanya terjadi dimulai pada permulaan musim hujan. Sejalan dengan yang dihipotesiskan oleh Sulistio, et al, bahwa ketika musim penghujan datang, curah hujan mengalami peningkatan dan membuat tanah cepat jenuh air, beban tanah atau lahan menjadi berat. Air hujan akan masuk mengisi pori-pori tanah dan terakumulasi di dasar lereng, keadaan ini menyebabkan gerakan lateral.
Gambar 2. Mekanika Tanah
Sumber Gambar: http://environment.uwe.ac.uk
Tanah longsor tidak terlepas dari gaya gravitasi. Gaya gravitasi menjadi variabel berpengaruh dalam setiap kejadian longsor. Ketika longsor lahan terjadi, artinya ada gangguan terhadap kesetimbangan gaya penahan (shear strength) dan gaya peluncur (shear stress) yang bekerja pada suatu lahanKetika pada suatu lahan terdapat kondisi dimana gaya peluncurnya lebih besar dari gaya penahannya, maka distulah terjadi gerakan tanah atau longsor lahan.

Sumber Rujukan :

Sulistio, Anton, et al. 2015. Pengembangan sistem pemantauan tanah longsor "cluster". Jurnal. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG). Yogyakarta.
Share:

Geokimia Gunungapi Indonesia - Kimia air dan Kemunculan Mataair Panas (MAP)

Dimas Prasetyo Nugroho
SMA Negeri 1 Mlati, Kab. Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta

Tektonisme Indonesia berada pada zona penunjaman (subduction zone) beberapa lempengan aktif kerak bumi, diantaranya adalah lempengan aktif samudera hindia, lempengan aktif benua australia, serta lempengan aktif benua eurasia, termasuk beberapa lempengan aktif kecil lainnya. Keaktifan zona penunjaman antar lempeng ini berimplikasi pada salah satunya yaitu kemunculan vulkan gunungapi. Konsekuensi logis dari adanya gunugapi adalah kemunculan spring (mataair panas) pada tubuh gunungapi tersebut.

MATAAIR PANAS (MAP) SEBAGAI KONSEKUENSI LOGIS

Gunungapi Ciremai, dalam hal ini sebagai salah satu studi kasus geokimia MAP (mataair panas), terletak di Provinsi Jawa Barat. Kemunculan matair panas pada tubuh gunungapi, termasuk di Gunungapi Ciremai, mengindikasikan terdapatnya sekurang-kurangnya tiga (3) elemen penting. Tiga elemen penting yang mampu memunculkan MAP (mataair panas) pada tubuh Gunungapi Ciremai ini (dan seluruh gunungapi yang ada) adalah :
1. Terdapatnya Reservoir
2. Keberadaan Fluida
3. Tersedianya Sumber Panas
Reservoir di sini adalah batuan yang bersifat permeable (dapat ditembus oleh fluida), bisa berupa igneous rock, sedimentary rock, maupun metamorphic rock. Fluida dalam bentuk bisa cairan (air tanah), uap air ataupun gas, yang akan keluar menjadi MAP pada tubuh gunung api, dan juga tersedianya sumber panas dari dalam bumi yang menjadikan fluida tersebut mendapatkan kalor untuk kenaikan suhunya sebagai MAP.
Gambar 1. Diagram Giggenbanch Mataair Panas Gunungapi Ciremai
Sumber Gambar: Harry Cahyono, et al
Harry Cahyono et al, telah melakukan penelitan terkait mataair panas di Gunungapi Ciremai dengan menganalisis sampel air dari beberapa mataair yang berada pada tubuh gunungapi tersebut. Untuk mengetahui tipe mataair panas (MAP) dilakukan dengan pengolahan data trilinier Cl, SO4, dan HCO3, dan hasilnya diplotkan pada diagram giggenbach seperti gambar di atas. Dari data tersebut dapat kita ketahui bahwa MAP Cipanas Sangkanhurip, MAP Ciniru A dan MAP Ciniru B merupakan mataair panas tipe klorida. Sedangkan MAP Cilengkrang I dan MAP Cilengkrang II berkomposisi perpaduan antara unsur-unsur, Chlorida, Sulfat dan Bikarbonat. Komposisi kimia dalam mataair panas gunungapi, dapat menjadi sebuah petunjuk asal-usul air dan kaitannya dengan aktivitas vulkanik yang terjadi, sekaligus sebagai sidik jari dalam penelitian geokimia yang lebih mendalam.

PERUBAHAN WARNA AIR DI DANAU KAWAH GUNUNGAPI AKTIF

Morfologi tubuh gunungapi aktif, jika diperhatikan, yang memiliki danau kawah di puncaknya, seperti Gunung Dempo di Sumatera Selatan, Gunung Galunggung di Jawa Barat, dan juga Kawah Ijen di Jawa Timur, lubang kepundan (biasanya) tergenangi oleh air dan sangat dimungkinkan memiliki warna yang tidak biasa (berwarna bukan jernih).
Gambar 2. Kawah Ijen, Jawa Timur
Sumber Gambar: http://geomagz.geologi.esdm.go.id/
Danau kawah yang menutup kepundan, akan berdampak pada tertahan dan terlarutnya gas-gas vulkanik dan mineral seperti Chlor, Sulfur, NH3, HCO3. Gas-gas vulkanik dan mineral ini mampu mengubah komposisi kimia air danau kawah menjadi lebih asam. Tingkat keasaman yang berubah dan semakin tinggi mengakibatkan perubahan warna air menjadi sangat mungkin.

BAGAIMANA DENGAN KEMUNCULAN GELEMBUNG GAS PADA DANAU KAWAH?

Pada kondisi lubang kepundan gunungapi aktif yang tertutup oleh danau kawah, gas-gas vulkanik dan mineral yang naik ke permukaan karena tekanan dari dalam kantong magma, ada yang memiliki sifat kelaruratan dalam airnya rendah dan tingkat kelarutan tinggi. Gas yang memiliki kelarutan tinggi terhadap air berdampak pada keasaman dan perubahan warna air danau kawah (Contoh : Kawah Ijen, Jawa Timur), sedangkan yang tidak mudah larut, seperti CO2, CO, H2, dan juga CH4, akan terus menerobos danau kawah hingga permukaaan dalam bentukan gelembung-gelembung gas. Gas-gas vulkan tersebut memiliki daya larut yang kecil terhadap air (dalam hal ini air danau kawah) dan memunculkan bubble (gelembung gas) pada permukaan danau kawah gunungapi aktif.


Sumber Pustaka :

Cahyono, Harry, et al. Penyelidikan Geokimia Gunungapi Ciremai, Jawa Barat. Jurnal. BPPTKG, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Yogyakarta.

Sulistiyo, Yustinus, et al. Penyelidikan Kimia Gunungapi Dempo, Sumatera Selatan, September 2014. Jurnal. BPPTKG, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Yogyakarta.


Share:

Hakekat Geografi - Peta sebagai Identitas

Dimas Prasetyo Nugroho
SMA Negeri 1 Mlati, Kab. Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta

Bertumpu pada falsafah geografi oleh I Made Sandi, pada medio April-(1988 kalau tidak salah), ketika sarasehan geografi di Unnes Semarang (dahulu IKIP Semarang), menyatakan bahwa geografi merupakan ilmu yang mempelajari simmilirities (persamaan) sekaligus differentiates (perbedaan) ruang muka bumi dalam konteks keruangan. Geografi harus mampu memberikan bekal kepada siapapun yang mempelajarinya, alih-alih sebagai beban. Ruang lingkup geografi yang begitu luas, membentang pada seluruh fenomena geosfer (atmosfer, hidrosfer, litosfer, biosfer, antrophosfer) akan sangat berpotensi secara substansi materi, overlap dengan disiplin ilmu lain.
Bahwa geografi mempelajari tanah, begitupun ilmu tanah mempelajarinya - geografi mempelajari penduduk, ilmu penduduk juga mempelajarinya - geografi mempelajari pasar, ilmu ekonomi juga mempelajarinya - geografi mempelajari air, ilmu hidrologi juga mempelajarinya - geografi mempelajari desa kota, ilmu tata ruang wilayah juga mempelajarinya, geografi mempelajari hewan tumbuhan, ilmu zoologi dan botani juga mempelajarinya, dan sebagainya dan seterusnya - dan "lebih ahli mereka semua dalam disiplin ilmu murninya".

Lalu, dimana posisi Geografi ?

Geografi berdiri diantara semua disiplin ilmu bantunya dalam perspektif "keruangan". Bahwa peta menjadi senjata kerja bagi seorang geograf, dan pembeda dengan disiplin ilmu-ilmu lain dalam sudut pandang spasial. Dan dalam ranah apapun geografi diamalkan, termasuk dalam bidang pendidikan, harus berangkat dari konsp dan esensi geografi yang baku.
Peta 1. Peta Curah Hujan Indonesia 2019 (Thematic Map)
Pemahaman spasial geografi bermula dari peta, dan ini yang membedakan geografi dengan disiplin ilmu lain. Contoh di atas merupakan peta tematik (peta kerja geografi) yang menggambarkan curah hujan Indonesia pada tahun 2019. Dari peta tematik itu, kita mampu menarik sebuah pemikiran dan pemahaman tentang tipe iklim suatu wilayah berdasarkan agihan curah hujannya, mengapa di Sumatra dan Kalimantan terhampar luas Hutan Hujan Tropis, sedangkan di Nusa Tenggara dan Papua membentang luas kenampakan sabana. Apa pengaruh curah hujan terhadap vegetasi dan morfologi wilayah kajian terkait yang sedikit banyak dapat kita sadap dari menginterpretasi dan menarik makna tersirat dari peta (thematic map) yang tersurat tersebut.

Partoso Hadi, menyatakan bahwa "pekerjaan geografi dimulai dari menarik garis". Sejalan dengan I Made Sandi pada falsafah geografinya. Bahwa dari garis itu menjadi region-region tematik tertentu yang memiliki kesamaan karakteristik ruang muka bumi, potensi ruang muka bumi, rona ruang muka bumi, sekaligus juga perbedaannya.

Daftar Rujukan :
Hadi, Partoso (Staf Dosen Geografi UNS). Artikel. Menyemai Kemampuan Berpikir Spasial.



Share:

Suhu Panas Indonesia, Antara Gelombang Panas? Vulkanisme? Ataukah Atmosferik Normal?

Dimas Prasetyo Nugroho
SMA Negeri 1 Mlati, Kab. Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta

Beberapa waktu terakhir dimulai sebelum tulisan ini dibuat, beberapa diantara kita disibukkan dengan kondisi cuaca yang terasa sangat panas baik pada siang maupun malam hari. Asumsi mulai bermunculan, mulai dari masyarakat umum, praktisi maupun akademisi. Hipotesis awal bahwa fenomena ini disebabkan karena adanya gelombang panas yang melanda Indonesia. Hipotesis kedua bertolak dari aktivitas vulkanik yang meningkat dan berpengaruh terhadap atmosfer kita. Paling kurang dua hipotesis ilmiah itulah yang mendasari dan sering digemakan dan menjadi sebuah keniscayaan (pada sebagian masyarakat kita-Indonesia).

Pertanyaan selanjutnya, apakah kedua hipotesis itu dapat dibuktikan?

Bukan tugas tulisan ini untuk menyatakan benar atau salah. Alih-alih demikian, tulisan ini mencoba memberikan pandangan yang sama sekali berbeda terhadap fenomena cuaca panas di musim pancaroba di Indonesia.
Sumber Gambar : T. Djamaluddin (Kepala LAPAN Republik Indonesia)
Pada gambar grafik di atas, yang diolah oleh T. Djamaluddin dari worldclimate.com, menggambarkan bahwa secara klimatologis, suhu di Indonesia adalah normal. Bahwa cuaca terasa panas pada musim pancaroba (peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau-sekitar bulan April atau Mei, dan musim kemarau ke musim penghujan-sekitar bulan Oktober) adalah fenomena atmosferik yang biasa. Bukan merupakan cuaca ekstrem, ataupun bencana klimatologi yang luar biasa. Fenomena panas di Indonesia adalah fenomena tahunan yang normal seperti yang ditunjukkan data klimatologi di atas.

Lalu, apa yang menyebabkan fenomena panas di beberapa kota Indonesia?

Menurut T. Djamaluddin, Kepala LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) Republik Indonesia, terdapat 3 faktor yang menjadikan beberapa kota Indonesia terasa panas, diantaranya :
1. Posisi matahari berada di atas Indonesia (deklinasi matahari = lintang tempat). Pancaran sinar matahari tegak lurus pada tengah hari, sehingga energi atau insolasi (incoming solar radiation) yang diterima maksimal.
2. Liputan awan masih minim. Saat pancaroba, liputan awan tidak terlalu banyak, sehingga pemanasan permukaan bumi bisa maksimum karena tidak adanya cukup awan yang menyerap, memantulkan, atau menghamburkan energi matahari yang datang.
3. Berhentinya efek pendinginan dari angin yang berasal dari daerah musim dingin. Musim kemarau terjadi efek pendinginan angin dari Australia, dan ketikan musim hujan efek pendinginan berasal dari embusan angin asia. Hal ini dipengaruhi letak matahari pada bulan Desember berada di belahan bumi selatan, dan pada bulan Juni, matahari berada di belahan bumi utara.

Satu faktor lain yang berkontribusi adalah adanya urban hit island (Pulau Panas Perkotaan), dimana semakin tumbuhnya lahan yang sebelumnya belum terbangun menjadi lahan terbangun, penghilangan pepohonan perkotaan, peningkatan industri, peningkatan kendaran berbahan bakar fosil, termasuk aktivitas rumah tangga yang menghaislkan emisi CO2. Akumulasi emisi CO2 di atmosfer akan menghalangi pelepasan energi panas ke angkasa dan meningkatkan suhu permukaan.

Daftar rujukan :









Share:

Selembar Asa Dari Timur Indonesia


Selembar Asa Dari Timur Indonesia
Harapan dan Perjuangan yang Terus Tersemai

Di Penghujung tahun yang indah, dan di ambang pintu awal tahun yang baru - dengan penuh pengharapan dan tantangan, kami memulainya dengan menelisik lembab - basahnya udara pagi di Distrik Terek Subur, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua. Sebuah nama, sebuah cerita, mungkin itulah yang pertama kali tersemat di benak kami, bagaimana begitu banyak kisah dan makna kehidupan yang kami dapatkan di sini, di salah satu surga Bumi Pertiwi ini.


Di tempat, yang mungkin tidak banyak orang mengenalnya, layaknya tak seorangpun tahu keluasan alam semesta kita, kapan bermulanya, dan kapan akan menemui titik akhir masanya. Terek Subur ialah sebuah distrik yang berada di ujung timur Indonesia, yang secara geografis berbatasan darat dengan negara tetangga, Papua Nuginea. Di garis batas antar kedua negara itulah distrik ini berada. Jangan terbayangkan bahwa distrik ini adalah sebuah distrik yang sama dengan distrik-distrik di Jawa, yang biasa kita sebut dengan kecamatan, dan  membawahi beberapa desa serta dusun. Jauh dari itu semua, bahkan, seringkali kita terhanyut akan keadaan dan kondisi ketertinggalannya, di tengah hiruk pikuk pembangunan yang begitu gencar dan masif, di negeri tercinta kita ini.

Full Document, Silahkan Buka File Di Bawah Ini


Share:

Kusuma Jaya Beraksara


Segala yang tidak pernah berubah, adalah perubahan itu sendiri. Kemampuan kita dalam mengerti dan menyelami makna, bergantung pada setiap apa yang kita upayakan. Layaknya “Kusuma Jaya”, yang terus bereksplorasi bahkan berevolusi, dalam tatanannya sebagai ujung tombak Pendidikan Indonesia. Dengan Ujung jari-jemarinya menciptakan pelita, dengan tutur kata maknanya memanusiakan manusia. Literasi menjadi kewajiban, bahkan kebutuhan setiap manusia dalam lingkup Kusuma Jaya. Layaknya tubuh membutuhkan air untuk menghilangkan dahaganya, insan Kusuma Jaya membutuhkan “aksara” untuk menuntaskan segala keingintahuannya.

Link video di bawah ini


Share:

Zona Prisma Akresi Di Barat Sumatra dan Selatan Jawa

Bentukan prisma akresi dikontrol oleh tektonisme lempeng berupa sesar-sesar naik yang pada akhirnya mengangkat sebuah dasar lautan itu sendiri. Pengangkatan (uplifting) terjadi pada pada pulau-pulau bawah laut dan muncul ke permukaan. Prisma akresi terbentuk pada zona subduksi ketika lempengan aktif kerak samudera menghujam ke bawah lempengan aktif kerak benua. Penghujaman lempengan samudera ke bawah lempengan benua ini yang mampu mengangkat sedimen-sedimen bawah laut berupa sea beld terangkat naik hingga muncul ke muka laut.


Full Document, Silahkan Buka File di bawah ini

Share:

4 Zona (Busur Vulkanik) Terbentuknya Gunung Api


Gunung api merupakan lubang kepundan atau rekahan dalam kerak bumi tempat keluarnya cairan magma atau gas atau cairan lainnya ke permukaan bumi. Material yang dierupsikan ke permukaan bumi umumnya membentuk kerucut terpancung [1] . Magma yang berada di dalam perut bumi, mampu mencapai permukaan dikarenakan terdapat rekahan-rekahan sebagai efek terusan penghujaman, tumbukan, maupun pemekaran lempengan aktif kerak bumi. Proses-proses tektonisme itulah yang mengawali terbentuknya gunung api di dunia ini, termasuk di Indonesia.




[1] Vulcanologycal Survey of Indonesia, Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral



Full Document, Silahkan Buka File di Bawah Ini

Share:

Geomorfologi Kelautan Indonesia

Tatanan geologi kelautan Indonesia sangatlah kompleks, rumit, sekaligus menarik, namun inilah yang menjadikannya sebuah keunikan dalam bagian tatanan geologi kelautan dunia. Paling kurang terdapat tiga lempeng aktif yang berkontribusi dalam tatanan geologi dasar laut Indonesia, lempeng samudera pasifik, lempeng samudera hindia, lempeng benua australia, dan termasuk juga lempeng benua asia. Berangkat dari teori continental drift-nya Wegener (Alfred Wegener, 1912), yang dikembangkan dalam bukunya The Origin of Continents and Oceans (Terbitan 1915), menyatakan bahwa benua-benua yang sekarang ada, dulunya adalah sebuah bentang muka yang bergerak menjauh melepaskan benua-benua dari inti bumi seperti “bongkahan es” dari granit yang bermassa jenis rendah, yang mengambang di atas lautan basalt yang lebih padat. Kemudian disempurnakan oleh Hess (Harry Hess, 1962) dengan teori tektonik lempeng-nya, dimana di dalamnya mengungkapkan adanya Sea Floor Spreading (pemekaran tengah samudera), yang ditandai dengan kemunculan pematang tengah samudera (Mid Oceanic Ridge, MOR).

Gambar 1. Fisiografi Kelautan Indonesia. Sumber gambar (www.mgi.esdm.go.id)

Full Document, Silahkan Buka File Di Bawah ini
 
Share:

Polusi Cahaya (Gelap yang Terlalu Terang)

Sadarkah kita apabila desain pancahayaan yang buruk akan memudarkan malam yang pekat?

Bagi sejumlah jenis kehidupan, malam yang gelap sangat dibutuhkan untuk menjalankan daur biologis mereka, mulai dari berpindah tempat, reproduksi, dan memberi makan keturunan.

Dunia tengah berubah. Dalam kecepatannya yang sangat tinggi, dan kita (manusia) memberikan pembenaran atas sesuatu yang telah diupayakan. Manusia mulai sadar bahwa aktivitas mereka di malam hari, dengan pendar cahaya artifisial yang sengaja mereka ciptakan—telah memberi dampak yang sangat buruk bagi spesies yang hidup di kegelapan malam.

Andaikan manusia mau dengan sukarela menerima kegelapan sebagai suatu hal yang alami, niscaya manusia akan mampu melakukan adaptasi yang luar biasa layaknya makhluk nokturnal lainnya. Manusia memang didesain untuk itu. Manusia memiliki kemampuan itu.

Andaikan manusia sungguh merasa nyaman dengan hanya diterangi cahaya bulan dan bintang-bintang, niscaya kita bakal mampu beraktivitas dalam kegelapan dengan gembira. Namun, masalahnya kita manusia adalah makhluk diurnal, makhluk siang, dengan mata tercipta untuk beradaptasi pada kehidupan di bawah siraman cahaya matahari.Walaupun, sebagian dari kita tidak menganggap dirinya sebagai makhluk diurnal.

Dan pada akhirnya, hanya fakta yang dapat menjelaskan tentang apa yang telah kita lakukan pada sang malam: kita telah merekayasa malam dengan mengisi cahaya ke dalamnya agar malam menerima diri kita.
Sumber gambar : unsplash.com 

Full Document, Silahkan Buka File Di Bawah Ini

Share:

Murid Oemar Bakrie

Diberdayakan oleh Blogger.

About me


Dimas Prasetyo Nugroho

Seseorang yang tidak tahu apa-apa, hanya ingin terus belajar dan sedikit berkarya, semampunya.



Cari Blog Ini

Label

Labels

Pages

About

Blogroll

Popular Posts

Label

Recent Posts

Geography Education

  • Physical Geography.
  • Human Geography.
  • Geography Techniques.

Pages

Belajar Geografi

Substansi materi Geografi sangat luas, dengan mempelajarinya, memahami konteks keruangannya, semoga sedikit banyak memberikan kita bekal tentang persamaan sekaligus perbedaan ruang muka bumi sekitar kita, dan mendapatkan manfaat serta menjaganya dengan bijaksana.