Urban Sprawl di Surganya Angkringan, Kasultanan Yogyakarta

 Oleh : Paklek Umar Bakri

Setelah sekian purnama tidak menulis di blog ini semenjak terakhir kali menulis tentang romantise butiran hujan yang jatuh bertubi-tubi menerpa bumi dengan ikhlasnya, akhirnya paklek menulis lagi.

😐 : Masih pagi Paklek, mbokya dongengnya jangan mendayu-dayu gitu, membuat rasaku semakin galau aja karena si dia πŸ˜πŸ˜
πŸ˜ƒ : Nggak mendayu thole, kamu aja yang baperan,  mungkin kamu kebanyakan makan odadingnya mang oleh, jadi agak-agak geser setengah πŸ˜ƒπŸ˜ƒ

Pertumbuhan kota begitu pesat, lihat saja kota-kota besar seperti Jakarta, Semarang, Surabaya, Yogyakarta yang begitu kental dengan Jangka Jayabaya nya, Medan dengan Horas nya, atau juga Makasar dengan Ewako nya. Luas wilayah selalu tetap, namun pertumbuhan penduduk semakin meningkat. Apa dampak logisnya? Iya, urban sprawl (pemekaran kota) akan terjadi. Ketika daya tampung sebuah kota mendekati atau bahkan melampaui daya dukungnya, kota akan berkembang dengan sendirinya, merangkul hinterland nya, dan wilayah urban semakin meluas.

😐 : Lhoh, kota  itu bisa berkembang juga to Paklek? Kirain dari dulu ya kayak gitu aja wilayahnya, ngga ada nambah-nambah kayak gitu πŸ˜πŸ˜
😊 : Begitulah Thole, kota itu kayak adonan roti, didiemin aja bisa ngembang sendiri jadi besar, kayak hatimu kalau ketemuan sama si dia πŸ˜ŠπŸ˜Š

Gambar 1. Koridor Yogyakarta-Kulonprogo
Sumber Gambar : www.google.com/maps/search

Mulai terbatasnya lahan terbuka di pusat Kota Yogyakarta sebagai core zone, memaksa kota mengembangkan dirinya ke wilayah hinterland yang masih memiliki non-built area cukup luas. Didukung pembangunan dan pemindahan Bandar Udara Internasional Adisucipto di pusat kota, ke Yogyakarta International Airport di Kulonprogo, turut merubah arah perkembangan kota Yogkakarta ke arah perkembangan baru.

Gambar 2. Pembanguan Bandara YIA di Kulonprogo
Sumber Gambar : Panorama Destination

Kita perhatikan di sepanjang Koridor Yogyakarta-Kulonprogo, wilayah Sedayu, begitu masif pembangunan perumahan di sana, dan akan terus berkembang menuju Wates dan Kulonprogo, untuk memenuhi kebutuhan penduduk terkait shelter (rumah tinggal), yang akumulasi dari shelter itu kita sebut sebagai settlement (permukiman). Arah perkembangan kota (urban sprawl) yang merupakan bagian dari konsep urbanisasi yang baru, dimana urbanisasi tidak hanya diartikan sebagai perpindahan penduduk dari desa ke kota, namun juga merupakan proses "pengkotaan", di wilayah peri urban yang secara perlahan menggeser karakteristik rural ke karakteristik urban, walaupun, secara administratif tidak masuk dalam wilayah kota (city).

😐 : Maksudnya gimana Paklek? Rural, urban, core zone, shelter, settlement ? Bingung bacanya πŸ˜πŸ˜
😊 : Justru bagus kalau kamu bingung Lhee, itu artinya kamu berfikir, dan bingung adalah proses awal dari belajar dan mengerti πŸ˜ŠπŸ˜Š

Fenomena ini bisa kita amini sebagai geographyc pattern yang mampu kita baca polanya di lapangan dan analisis terkait urban sprawl sebagai dampak urbanisasi yang kian masif di Yogyakarta. Ketika sebuah kota mencapai titik kulminasi dalam perkembangan fisiknya, akan berpotensi memuncukan persoalan-persoalan baru, baik secara fisik maupun sosial. Apa saja dampak itu? Sabar, sinau ki sithik-sithik, kita bahas ditulisan selanjutnya.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Murid Oemar Bakrie

Diberdayakan oleh Blogger.

About me


Dimas Prasetyo Nugroho

Seseorang yang tidak tahu apa-apa, hanya ingin terus belajar dan sedikit berkarya, semampunya.



Cari Blog Ini

Label

Labels

Pages

About

Blogroll

Popular Posts

Label

Recent Posts

Geography Education

  • Physical Geography.
  • Human Geography.
  • Geography Techniques.

Pages

Belajar Geografi

Substansi materi Geografi sangat luas, dengan mempelajarinya, memahami konteks keruangannya, semoga sedikit banyak memberikan kita bekal tentang persamaan sekaligus perbedaan ruang muka bumi sekitar kita, dan mendapatkan manfaat serta menjaganya dengan bijaksana.