• Van de Geografi

    Yang sudah (terlanjur) nyata masih dilingkungi samudera kemungkinan (baru). Dan Muncullah berulangkali dari samudera itu gugusan-gugusan pulau baru (Ernest Bloch, der Geinst der Utopie, Daz Princip Hoffnung).

  • Sang Pembelajar

    Akan tiba pada suatu masa, anak keturunan kita akan terheran-heran mengetahui kita tidak mampu melihat apa yang bagi mereka nampak begitu jelas (Dalam Kosmos, Carl Sagan).

  • Manusia Adalah Insan Peradaban

    Raga akan menua, itu adalah keniscayaan. Namun fikiran harus tetap terjaga dan berkarya, untuk menumbuhkan jiwa-jiwa muda dalam setiap rambut putih usia kita..

  • Mindset

    Pekerjaan yang paling sulit di dunia ini adalah berfikir.

  • Balancing

    Hamemayu Hayuning Bawono, Rahayuning Bawono Kapurbo Waskitaning Manungso.

Zona Prisma Akresi Di Barat Sumatra dan Selatan Jawa

Bentukan prisma akresi dikontrol oleh tektonisme lempeng berupa sesar-sesar naik yang pada akhirnya mengangkat sebuah dasar lautan itu sendiri. Pengangkatan (uplifting) terjadi pada pada pulau-pulau bawah laut dan muncul ke permukaan. Prisma akresi terbentuk pada zona subduksi ketika lempengan aktif kerak samudera menghujam ke bawah lempengan aktif kerak benua. Penghujaman lempengan samudera ke bawah lempengan benua ini yang mampu mengangkat sedimen-sedimen bawah laut berupa sea beld terangkat naik hingga muncul ke muka laut.


Full Document, Silahkan Buka File di bawah ini

Share:

4 Zona (Busur Vulkanik) Terbentuknya Gunung Api


Gunung api merupakan lubang kepundan atau rekahan dalam kerak bumi tempat keluarnya cairan magma atau gas atau cairan lainnya ke permukaan bumi. Material yang dierupsikan ke permukaan bumi umumnya membentuk kerucut terpancung [1] . Magma yang berada di dalam perut bumi, mampu mencapai permukaan dikarenakan terdapat rekahan-rekahan sebagai efek terusan penghujaman, tumbukan, maupun pemekaran lempengan aktif kerak bumi. Proses-proses tektonisme itulah yang mengawali terbentuknya gunung api di dunia ini, termasuk di Indonesia.




[1] Vulcanologycal Survey of Indonesia, Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral



Full Document, Silahkan Buka File di Bawah Ini

Share:

Geomorfologi Kelautan Indonesia

Tatanan geologi kelautan Indonesia sangatlah kompleks, rumit, sekaligus menarik, namun inilah yang menjadikannya sebuah keunikan dalam bagian tatanan geologi kelautan dunia. Paling kurang terdapat tiga lempeng aktif yang berkontribusi dalam tatanan geologi dasar laut Indonesia, lempeng samudera pasifik, lempeng samudera hindia, lempeng benua australia, dan termasuk juga lempeng benua asia. Berangkat dari teori continental drift-nya Wegener (Alfred Wegener, 1912), yang dikembangkan dalam bukunya The Origin of Continents and Oceans (Terbitan 1915), menyatakan bahwa benua-benua yang sekarang ada, dulunya adalah sebuah bentang muka yang bergerak menjauh melepaskan benua-benua dari inti bumi seperti “bongkahan es” dari granit yang bermassa jenis rendah, yang mengambang di atas lautan basalt yang lebih padat. Kemudian disempurnakan oleh Hess (Harry Hess, 1962) dengan teori tektonik lempeng-nya, dimana di dalamnya mengungkapkan adanya Sea Floor Spreading (pemekaran tengah samudera), yang ditandai dengan kemunculan pematang tengah samudera (Mid Oceanic Ridge, MOR).

Gambar 1. Fisiografi Kelautan Indonesia. Sumber gambar (www.mgi.esdm.go.id)

Full Document, Silahkan Buka File Di Bawah ini
 
Share:

Polusi Cahaya (Gelap yang Terlalu Terang)

Sadarkah kita apabila desain pancahayaan yang buruk akan memudarkan malam yang pekat?

Bagi sejumlah jenis kehidupan, malam yang gelap sangat dibutuhkan untuk menjalankan daur biologis mereka, mulai dari berpindah tempat, reproduksi, dan memberi makan keturunan.

Dunia tengah berubah. Dalam kecepatannya yang sangat tinggi, dan kita (manusia) memberikan pembenaran atas sesuatu yang telah diupayakan. Manusia mulai sadar bahwa aktivitas mereka di malam hari, dengan pendar cahaya artifisial yang sengaja mereka ciptakan—telah memberi dampak yang sangat buruk bagi spesies yang hidup di kegelapan malam.

Andaikan manusia mau dengan sukarela menerima kegelapan sebagai suatu hal yang alami, niscaya manusia akan mampu melakukan adaptasi yang luar biasa layaknya makhluk nokturnal lainnya. Manusia memang didesain untuk itu. Manusia memiliki kemampuan itu.

Andaikan manusia sungguh merasa nyaman dengan hanya diterangi cahaya bulan dan bintang-bintang, niscaya kita bakal mampu beraktivitas dalam kegelapan dengan gembira. Namun, masalahnya kita manusia adalah makhluk diurnal, makhluk siang, dengan mata tercipta untuk beradaptasi pada kehidupan di bawah siraman cahaya matahari.Walaupun, sebagian dari kita tidak menganggap dirinya sebagai makhluk diurnal.

Dan pada akhirnya, hanya fakta yang dapat menjelaskan tentang apa yang telah kita lakukan pada sang malam: kita telah merekayasa malam dengan mengisi cahaya ke dalamnya agar malam menerima diri kita.
Sumber gambar : unsplash.com 

Full Document, Silahkan Buka File Di Bawah Ini

Share:

Murid Oemar Bakrie

Diberdayakan oleh Blogger.

About me


Dimas Prasetyo Nugroho

Seseorang yang tidak tahu apa-apa, hanya ingin terus belajar dan sedikit berkarya, semampunya.



Cari Blog Ini

Label

Labels

Pages

About

Blogroll

Popular Posts

Label

Recent Posts

Geography Education

  • Physical Geography.
  • Human Geography.
  • Geography Techniques.

Pages

Belajar Geografi

Substansi materi Geografi sangat luas, dengan mempelajarinya, memahami konteks keruangannya, semoga sedikit banyak memberikan kita bekal tentang persamaan sekaligus perbedaan ruang muka bumi sekitar kita, dan mendapatkan manfaat serta menjaganya dengan bijaksana.