• Van de Geografi

    Yang sudah (terlanjur) nyata masih dilingkungi samudera kemungkinan (baru). Dan Muncullah berulangkali dari samudera itu gugusan-gugusan pulau baru (Ernest Bloch, der Geinst der Utopie, Daz Princip Hoffnung).

  • Sang Pembelajar

    Akan tiba pada suatu masa, anak keturunan kita akan terheran-heran mengetahui kita tidak mampu melihat apa yang bagi mereka nampak begitu jelas (Dalam Kosmos, Carl Sagan).

  • Manusia Adalah Insan Peradaban

    Raga akan menua, itu adalah keniscayaan. Namun fikiran harus tetap terjaga dan berkarya, untuk menumbuhkan jiwa-jiwa muda dalam setiap rambut putih usia kita..

  • Mindset

    Pekerjaan yang paling sulit di dunia ini adalah berfikir.

  • Balancing

    Hamemayu Hayuning Bawono, Rahayuning Bawono Kapurbo Waskitaning Manungso.

Urban Sprawl di Surganya Angkringan, Kasultanan Yogyakarta

 Oleh : Paklek Umar Bakri

Setelah sekian purnama tidak menulis di blog ini semenjak terakhir kali menulis tentang romantise butiran hujan yang jatuh bertubi-tubi menerpa bumi dengan ikhlasnya, akhirnya paklek menulis lagi.

😐 : Masih pagi Paklek, mbokya dongengnya jangan mendayu-dayu gitu, membuat rasaku semakin galau aja karena si dia 😐😐
😃 : Nggak mendayu thole, kamu aja yang baperan,  mungkin kamu kebanyakan makan odadingnya mang oleh, jadi agak-agak geser setengah 😃😃

Pertumbuhan kota begitu pesat, lihat saja kota-kota besar seperti Jakarta, Semarang, Surabaya, Yogyakarta yang begitu kental dengan Jangka Jayabaya nya, Medan dengan Horas nya, atau juga Makasar dengan Ewako nya. Luas wilayah selalu tetap, namun pertumbuhan penduduk semakin meningkat. Apa dampak logisnya? Iya, urban sprawl (pemekaran kota) akan terjadi. Ketika daya tampung sebuah kota mendekati atau bahkan melampaui daya dukungnya, kota akan berkembang dengan sendirinya, merangkul hinterland nya, dan wilayah urban semakin meluas.

😐 : Lhoh, kota  itu bisa berkembang juga to Paklek? Kirain dari dulu ya kayak gitu aja wilayahnya, ngga ada nambah-nambah kayak gitu 😐😐
😊 : Begitulah Thole, kota itu kayak adonan roti, didiemin aja bisa ngembang sendiri jadi besar, kayak hatimu kalau ketemuan sama si dia 😊😊

Gambar 1. Koridor Yogyakarta-Kulonprogo
Sumber Gambar : www.google.com/maps/search

Mulai terbatasnya lahan terbuka di pusat Kota Yogyakarta sebagai core zone, memaksa kota mengembangkan dirinya ke wilayah hinterland yang masih memiliki non-built area cukup luas. Didukung pembangunan dan pemindahan Bandar Udara Internasional Adisucipto di pusat kota, ke Yogyakarta International Airport di Kulonprogo, turut merubah arah perkembangan kota Yogkakarta ke arah perkembangan baru.

Gambar 2. Pembanguan Bandara YIA di Kulonprogo
Sumber Gambar : Panorama Destination

Kita perhatikan di sepanjang Koridor Yogyakarta-Kulonprogo, wilayah Sedayu, begitu masif pembangunan perumahan di sana, dan akan terus berkembang menuju Wates dan Kulonprogo, untuk memenuhi kebutuhan penduduk terkait shelter (rumah tinggal), yang akumulasi dari shelter itu kita sebut sebagai settlement (permukiman). Arah perkembangan kota (urban sprawl) yang merupakan bagian dari konsep urbanisasi yang baru, dimana urbanisasi tidak hanya diartikan sebagai perpindahan penduduk dari desa ke kota, namun juga merupakan proses "pengkotaan", di wilayah peri urban yang secara perlahan menggeser karakteristik rural ke karakteristik urban, walaupun, secara administratif tidak masuk dalam wilayah kota (city).

😐 : Maksudnya gimana Paklek? Rural, urban, core zone, shelter, settlement ? Bingung bacanya 😐😐
😊 : Justru bagus kalau kamu bingung Lhee, itu artinya kamu berfikir, dan bingung adalah proses awal dari belajar dan mengerti 😊😊

Fenomena ini bisa kita amini sebagai geographyc pattern yang mampu kita baca polanya di lapangan dan analisis terkait urban sprawl sebagai dampak urbanisasi yang kian masif di Yogyakarta. Ketika sebuah kota mencapai titik kulminasi dalam perkembangan fisiknya, akan berpotensi memuncukan persoalan-persoalan baru, baik secara fisik maupun sosial. Apa saja dampak itu? Sabar, sinau ki sithik-sithik, kita bahas ditulisan selanjutnya.
Share:

Dialog sore dengan hujan, mengapa ukuran butir airmu bisa berbeda?

Oleh : Paklek Umar Bakri


Selasa sore 25 Februari 2020 setelah merampungkan tugas pekerjaan yang diamanahkan, saya hendak beranjak pulang, namun urung karena tiba-tiba hujan turun dengan begitu derasnya di Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Saya percaya, bahwa tidak ada yang kebetulan dalam setiap peristiwa yang terjadi di sekitar kita, termasuk hujan ini, yang membuat jam pulang dari tempat kerja agak sedikit terlambat dari biasanya. Ada sesuatu yang bisa kita ambil sebagai makna dan pembelajaran yang akan semakin merendahkan hati kita di hadapan Sang Khalik. Setelah beberapa saat menunggu, hujan belum juga reda dan juga masih deras seperti sebelumnya. Saya mengamati setiap butir hujan yang jatuh di depan kantor, sambil menikmati sejuknya angin yang berhembus bercampur air yang membasahi. Semakin saya perhatikan, semakin jelas bahwa ukuran butir air hujan yang jatuh bisa tidak sama. Ada butiran hujan yang ukurannya lebih kecil, namun ada juga butiran hujan yang jatuh dan ukurannya lebih besar dari yang lainnya

😐Kok bisa begitu paklek? Kenapa ukurannya bisa tidak sama? Bukannya air hujan itu jatuh dari tempat yang sama, dari awan yang sama, dan waktu yang sama?
😊 : Betul thole, tapi ada berbagai faktor di perjalanan dari titik hujan itu jatuh dari awan sampai ke permukaan bumi yang membuat ukuran air hujan bisa berbeda, pelan-pelan kita bahas thole 😃😃

Butiran hujan itu memiliki ukuran tertentu ketika jatuh dari pelukan ibunya, dalm hal ini adalah bentukan awan yang sudah jenuh dengan titik air. Sebelum proses ini terjadi, agak mundur ke belakang bahwa titik-titik air di awan itu berasal dari penguapan daratan, tubuh air, pernafasan makhluk hidup (pernafasan manusia, hewan, dan tumbuhan), termasuk juga segala aktivitas yang berpotensi menyebabkan penguapan. Karena sumber penguapannya berbeda-beda, maka butiran uap airnya juga memiliki ukuran yang berbeda pula, dan nanti selanjutya akan terkondendsasi menjadi awan dan bisa menjadi hujan.

Gambar 1. Collision dan Coalescence butir hujan
Sumber Gambar : https://www.shodor.org/os411/courses/411c/module07/unit02/page04.html
Kita perhatikan butiran hujan di atas. Ukuran butir yang "biru tua" lebih besar dari butir hujan yang "biru muda". Butir hujan yang berukuran lebih besar akan memiliki kecepatan yang lebih besar karena masanya untuk jatuh ke bawah. Ketika jatuh, maka butiran hujan ini akan menumbuk atau bertabrakan dengan butiran hujan yang lebih kecil. Proses tumbukan butir hujan ini disebut sebagai collision. Semakin jauh beda tinggi antara awan dengan permukaan bumi, maka akan semakin banyak terjadi kemungkinan collision-nya. Setelah proses tumbukan maka akan berlanjut dengan proses penggabungan. Butir-butir hujan yang saling bertumbukan saat proses jatuh ke permukaan bumi akan berlanjut menjadi penggabungan. Jika kita perhatikan gambar di atas, butir hujan warna "biru tua" semakin ke bawah ukurannya semakin besar, inilah yang disebut sebagai coalescence.


😐Jadi bukan lempeng tektonik saja yang bertumbukan ya peklek? Air hujanpun ternyata juga mengalami proses yang sama.
😊Benar thole...itulah yang kita sebut sebagai collision (tumbukan) dan coallescence (penggabungan),😃😃
😐Ehh,,, tapi sebentar paklek, kan katanya air hujan tadi saling tumbukan dan saling menggabung, dan semakin lama butiran hujan akan semakin besar. Kenapa kok kita ngga pernah lihat ukuran butiran hujan itu sebesar bola paklek, harusnya bisa kan? Jadi bingung ini saya pallek 😐
😊 : Wahh, udah semakin tajam dan kritis ya analisismu leee....yuk kita bahas lagi pelan-pelan ya thole,😃😃


Gambar 2. Pemecahan butiran hujan
Sumber Gambar : Materi Klinik Sains, Departemen Geografi Lingkungan UGM 2020

Butiran hujan memiliki ukuran batas maksimal tertentu dalam pembentukannya. Memang benar bahwa ada proses collision dan coalescence yang akan membuat ukuran butir hujan semakin bertambah besar sebanding dengan banyaknya kedua proses itu terjadi selama masa jatuhnya dari awan sampai ke permukaan bumi. Namun ternyata ada faktor lain yang juga turut bekerja dan mempengaruhi ukuran maksimal butir hujan yang jatuh di permukaan bumi. Kita semua tahu bahwa di laisan atmosfer ada udara. Nahh, faktor udara inilah yang ikut berkontribusi besar dalam ukuran butir air hujan yang jatuh. Coba kita perhatikan gambar pemecahan butir hujan di atas. Ketika awal mulai jatuh, butiran hujan ukurannya sangat kecil, lalu terjadi collision dan coalescence, butir hujan yang sebelumnya berukuran < 2 mm, menjadi > 2 mm. Tumbukan dan penggabungan terus berlangsung hingga butir hujan mendekati ukuran 5 mm. Setelah mencapai ukuran maksimal 5 mm, butiran hujan itu akan "dipecah" oleh hambatan udara menjadi bagian yang lebih kecil kembali. Dan jika kita perhatikan, butiran hujan yang berukuran mendekati 5 mm, bentuknya seperti kacang mete yang pipih di bagian bawahnya. Ini disebabkan karena tekanan udara di bawah butir hujan lebih besar sehingga merubah bentuknya. Selain itu, adanya hambatan udara ini juga mengakibatkan kecepatan air hujan yang jatuh akan menemui kecepatan yang stabil atau disebut sebagai menemui titik terminal velocity.

😐 : Walaupun ada tumbukan dan penggabungan, namun karena ada hambatan udara, butir air hujan bisa memiliki ukuran maksimum ya paklek, pantes kok ngga pernah melihat butir hujan yang sebesar bola basket warna orange yang melegenda itu 😐
😊Begitulah thole...dan kalau diambil hikmahnya, inilah bentuk Kuasa Tuhan. Bayangkan kalau ada butir hujan sebesar bola basket, jatuh dari ketinggian 5000 meter, dengan kecepatan 100 km/jam, dan tepat mengenai kepala kita? Nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan tholee..? 😃😃

Share:

Keunikan Susunan Batu Misterius. Mistisisme Nenek Moyang atau Fenomena Alam?

Oleh : Paklek Umar Bakri

Jumat pagi awal Februari, sambil duduk nyeruput teh hangat ditemani suara burung di pohon kelengkeng yang ngga berbuah, disuguhkan berita tentang kenampakan batuan misterius di Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Masyrakat sekitar menyebutnya batu susun rompe, dan banyak simpang siur kabar bahwa ini merupakan bentukan candi, susunan nenek moyang pendahulu kita, sampai dikaitkan dengan keberadaan mistis terkait kemunculannya.

Gambar 1. Blok Batu Rompe di Ciamis Jawa Barat
Sumber Gambar : https://regional.kompas.com/
Gambar 2. Perlapisan Batu Rompe di Ciamis Jawa Barat
Sumber Gambar : https://regional.kompas.com/














😐 : Batu kok bisa kayak berlapis-lapis gitu paklek? Itu disusun manusia atau kenapa?
😊 : Lhaa,memang siapa yang bilang kalau batu ngga ada yang bentuknya bisa lembaran kayak gitu? Batu kan memang tidak selalu segiempat atau bundar tholee, bisa bermacam-macam  😃😃

Batuan ini bukan batuan yang aneh, disebut aneh, karena banyak orang belum terlalu paham darimana asal usulnya saja. Batu susun rompe ini merupakan batuan andesit, dimana terbentuknya karena pembekuan magma. Kalau kita perhatikan sekilas, tidak nampak jelas kristalnya layaknya batu granit yang sama-sama hasil dari pendinginan magma, dan patut diduga batuan ini terbentuk di permukaan bumi dari lelehan lava. Atau mungkin juga bisa terbentuk karena pembekuan magma di dekat permukaan bumi.
Struktur berlapis-lapis yang terlihat, merupakan kekar lembar horizontal. Struktur kekar lembar ini memunculkan kenampakan batuan seakan-akan disusun oleh manusia atau nenek moyang. Ini adalah bentukan alam murni. Dan tidak hanya ada di Ciamis, di daerah lain terutama di Pulau Jawa, banyak kita jumpai kenampakan batuan yang serupa, contoh persebarannya di Gunungapi Tua Bandung Selatan ke arah Batujajar, Gunung Parang di Karangsambung Kebumen, dan Gunung Padang di Kabupaten Cianjur Jawa Barat.
😐 : Di Jawa ternyata banyak paklek ya? apa karena banyak gunung apinya jadi banyak batu-batu yang mirip-mirip kayak gitu paklek?
😊 : Udahh pinterr tholee ya, karena bahan bakunya dari magma dan salah satunya dari gunung api yang banyak tersebar di Pulau Jawa ini  😃😃

Gambar 3. Struktur Kekar Kolom Gunung Padang, Ciamis Jawa Barat
Sumber Gambar : http://geomagz.geologi.esdm.go.id/
Gambar 4. Struktur Kekar Kolom Gunung Batu, Desa Girimukti, Cipongkor, Jawa Barat
Sumber Gambar : http://geomagz.geologi.esdm.go.id/

Kenampakan geologi batuan yang hampir mirip, tak sama namun serupa, adalah strukrut kekar kolom di Gunung Padang dan di Gunung Batu Jawa Barat. Kalau kekar batu rompe di Ciamis tadi adalah kekar lembar, yang horizontal, yang ini adalah kekar kolom vertikal. Proses terbentuknya sama, hasil dari pembekuan intrusi magma dangkal atau pendinginan lava (ekrtrusi magma). Kekar kolom memiliki bentukan segi empat, segi lima, atau yang paling sempuna adalah segi enam, dan biasa disebut struktur kekar sarang lebah. Menurut Spry (1962) kolom-kolom ini terbentuk akibat tekanan saat lava mendingin. Ketika mendingin, terjadi kontraksi dan rekahan. Sekali rekahan ini terbentuk, rekahan akan berkembang dan rekahan tegak lurus dengan arah aliran.
😐 : Jadi ada kembarannya ya paklek, ada struktur kekar lembar dan struktur kekar kolom, dan bukan bangunan candi seperti yang dibicarakan orang-orang ya 😐
😊 : Iya thole, dan sama-sama terbentuk karena pendinginan magma. Terus belajar ya thole, biar makin ngerti kalau ada fenomena yang ada di alam dan jadi  buah bibir di masyarakat 😃😃


Share:

Panasnya Jogja di Musim Penghujan - Bukan Salah Musim kann?

Oleh : Paklek Umar Bakri

Awal Januari kemarin agaknya menjadi penanda rindu sebagian dari kita akan hadirnya hujan - hujan yang deras. Setelah sekian lama bergelut dengan musim kemarau yang panas dan kering, tibalah kita disambut air hujan yang dijatuhkan oleh troposfer kita.
😐 : Paklek, troposfer itu siapa? Temennya Paklek ya? Kok baik banget mau jatuhin air hujan buat kita?
😊 : Bukan Thole, troposfer itu lapisan atmosfer bumi, tempat dimana awan jadi gelap dan jatuh sebagai hujan. Biar ikut membasahi hatimu yang udah basah oleh rasa sakit itu lhoo lee 😃😃
Secara umum, musim penghujan dan kemarau di Indonesia dipengaruhi oleh pergerakan angin muson barat dan timur. Sekarang yang berhembus adalah muson barat yang bergerak dari pasifik melewati Indonesia, dan membawa banyak uap air. Hujan telah menyapa kita, para petani menyambut ini dengan suka cita -- yaa walaupun sebagian saudara kita di beberapa wilayah lain terkena musibah kebanjiran. Tapi yang menarik, setelah hujan deras di awal Januari, tiba-tiba panas terik menyengat kulit kita, ini yang saya rasakan di Kota Jogja. Dari data yang saya dapatkan dari pakdhe budhe BMKG, suhu di Jogja mencapai 32 C, begitu panas dan menyengat beberapa hari terakhir mulai pertengahan Januari ini.
😐 : Trus kenapa itu paklek? Katanya hujan, kok panas? Lama-lama plinplan gini sih cuacanya? yang jelas dong, gimana sih ini yang bener?
😊 : Sabar lee, ini kita bahas pelan-pelan. Kamu kan bisa sabar hadapin dia yang selalu nyakitin kamu, masa sama cuaca yang kayak gini aja ngga sabaran sih 😃😃
Gambar 1. Citra Himawari 17 Januari 2020
Sumber : https://himawari8.nict.go.jp/
Gambar 2. Citra Himawari 18 Januari 2020
Sumber : https://himawari8.nict.go.jp/
Gambar 3. Citra Himawari 19 Januari 2020
Sumber : https://himawari8.nict.go.jp/
Dari citra satelit himawari di atas, dapat kita amati bahwa tutupan awan di Jawa secara umum, termasuk Jogja secara khusus, sangat minim. Artinya bahwa, dengan sedikitnya tutupan awan di Kota Jogja, maka insolasi (incoming solar radiation) yang diterima permukaan bumi menjadi maksimal. Dan itulah yang kita rasakan di Jogja, setiap kita melihat langit, cerah biru bersih tanpa tutupan awan, kalaupun ada, itu terbatas.
BMKG juga menyatakan bahwa ini adalah anomali cuaca, saat ini tengah terjadi monsun break, jeda musim hujan yang tergantikan panas seolah-olah kembali pada musim kemarau. Ada fenomena intrusi angin kering dari Australia ke arah utara melewati Jogja. Jadilah kita merasakan Jogja begitu panas akhir-akhir ini. Tapi anomali ini hanya akan sementara saja, dan akan segera kembali kepada kondisi normalnya.
😐 : Ooohhh, jadi gitu ya paklek, ini anomali cuaca. Ternyata, cuaca bisa tidak menentu ya, bisa berubah-ubah tanpa tanda-tanda.
😊 : Iya thole,,, makanya kita harus siap beradaptasi dengan alam. Kan ada semboyan, how to living harmony with disaster. Serasi kayak hidup dia yang kamu suka dengan pasangannya itu lhoo leee 😃😃

Share:

Murid Oemar Bakrie

Diberdayakan oleh Blogger.

About me


Dimas Prasetyo Nugroho

Seseorang yang tidak tahu apa-apa, hanya ingin terus belajar dan sedikit berkarya, semampunya.



Cari Blog Ini

Label

Labels

Pages

About

Blogroll

Popular Posts

Label

Recent Posts

Geography Education

  • Physical Geography.
  • Human Geography.
  • Geography Techniques.

Pages

Belajar Geografi

Substansi materi Geografi sangat luas, dengan mempelajarinya, memahami konteks keruangannya, semoga sedikit banyak memberikan kita bekal tentang persamaan sekaligus perbedaan ruang muka bumi sekitar kita, dan mendapatkan manfaat serta menjaganya dengan bijaksana.