Oleh : Paklek Umar Bakri
Awal Januari kemarin agaknya menjadi penanda rindu sebagian dari kita akan hadirnya hujan - hujan yang deras. Setelah sekian lama bergelut dengan musim kemarau yang panas dan kering, tibalah kita disambut air hujan yang dijatuhkan oleh troposfer kita.
😐 : Paklek, troposfer itu siapa? Temennya Paklek ya? Kok baik banget mau jatuhin air hujan buat kita?
😊 :
Bukan Thole, troposfer itu lapisan atmosfer bumi, tempat dimana awan jadi gelap dan jatuh sebagai hujan. Biar ikut membasahi hatimu yang udah basah oleh rasa sakit itu lhoo lee 😃😃
Secara umum, musim penghujan dan kemarau di Indonesia dipengaruhi oleh pergerakan angin muson barat dan timur. Sekarang yang berhembus adalah muson barat yang bergerak dari pasifik melewati Indonesia, dan membawa banyak uap air. Hujan telah menyapa kita, para petani menyambut ini dengan suka cita -- yaa walaupun sebagian saudara kita di beberapa wilayah lain terkena musibah kebanjiran. Tapi yang menarik, setelah hujan deras di awal Januari, tiba-tiba panas terik menyengat kulit kita, ini yang saya rasakan di Kota Jogja. Dari data yang saya dapatkan dari pakdhe budhe BMKG, suhu di Jogja mencapai 32 C, begitu panas dan menyengat beberapa hari terakhir mulai pertengahan Januari ini.
😐 : Trus kenapa itu paklek? Katanya hujan, kok panas? Lama-lama plinplan gini sih cuacanya? yang jelas dong, gimana sih ini yang bener?
😊 : Sabar lee, ini kita bahas pelan-pelan. Kamu kan bisa sabar hadapin dia yang selalu nyakitin kamu, masa sama cuaca yang kayak gini aja ngga sabaran sih 😃😃
Dari citra satelit himawari di atas, dapat kita amati bahwa tutupan awan di Jawa secara umum, termasuk Jogja secara khusus, sangat minim. Artinya bahwa, dengan sedikitnya tutupan awan di Kota Jogja, maka insolasi
(incoming solar radiation) yang diterima permukaan bumi menjadi maksimal. Dan itulah yang kita rasakan di Jogja, setiap kita melihat langit, cerah biru bersih tanpa tutupan awan, kalaupun ada, itu terbatas.
BMKG juga menyatakan bahwa ini adalah anomali cuaca, saat ini tengah terjadi
monsun break, jeda musim hujan yang tergantikan panas seolah-olah kembali pada musim kemarau. Ada fenomena intrusi angin kering dari Australia ke arah utara melewati Jogja. Jadilah kita merasakan Jogja begitu panas akhir-akhir ini. Tapi anomali ini hanya akan sementara saja, dan akan segera kembali kepada kondisi normalnya.
😐 : Ooohhh, jadi gitu ya paklek, ini anomali cuaca. Ternyata, cuaca bisa tidak menentu ya, bisa berubah-ubah tanpa tanda-tanda.
😊 : Iya thole,,, makanya kita harus siap beradaptasi dengan alam. Kan ada semboyan, how to living harmony with disaster. Serasi kayak hidup dia yang kamu suka dengan pasangannya itu lhoo leee 😃😃